Urban Lagend Jepang - Teke-Teke

Teke Teke

   Teke Teke adalah urban lagend Jepang tentang hantu seorang wanita muda, atau gadis sekolah, yang jatuh di jalur kereta api dan dipotong setengah oleh kereta yang akan datang. Sekarang roh pembalas dendam ( Onryō ) , ia melakukan perjalanan dengan tangan atau siku, tubuh bagian atasnya yang terseret membuat suara goresan atau 'teke teke'. Jika dia bertemu seseorang di malam hari dan korbannya tidak cukup cepat, dia akan memotongnya menjadi dua bagian di batang tubuh, meniru tiruannya sendiri.
   Ketika seorang anak sekolah berjalan di rumah pada malam hari, dia melihat seorang gadis muda yang cantik berdiri di dekat jendela bertumpu pada sikunya. Mereka saling tersenyum sesaat. Bocah itu bertanya-tanya apa yang dilakukan seorang gadis di sekolah khusus anak laki-laki, tetapi sebelum dia bisa bertanya-tanya lebih banyak tentang gadis itu, dia melompat keluar dari jendela dan mengungkapkan bahwa bagian bawahnya hilang. Ketakutan, dia berdiri di trotoar, tetapi sebelum dia bisa berlari, dia memotong bocah itu menjadi dua dan bocah itu ditemukan mati tetapi bagian bawahnya hilang.
   Legenda perkotaan yang sangat mirip menyangkut gadis lain, Kashima Reiko, yang meninggal di rel kereta dan kehilangan kakinya.Kashima Reiko tampaknya merupakan singkatan dari Kamen Shinin Ma (Topeng, setan orang mati). Kashima menghantui kios-kios kamar mandi dan akan bertanya pada penghuninya di mana kakinya. Jika penghuni menjawab salah, ia akan melepaskan kaki mereka. Untuk diselamatkan, mereka harus memberitahunya bahwa kakinya ada di Meishin Railway dan menjawab Kashima Reiko jika dia bertanya siapa yang memberi tahu mereka hal ini. Terkadang dia akan bertanya kepada orang-orang siapa namanya, yang merupakan pertanyaan jebakan. Menjawab "Kashima Reiko" akan membuatnya menyerang mereka. Jawaban yang benar adalah "Topeng Kematian Setan", berasal dari arti namanya. Di satu daerah di Jepang, sebuah patung jerami padi yang disebut Kashima-sama dibuat untuk melindungi desa dari pengaruh buruk, dan tampaknya penduduk memanggil namanya untuk mengusir roh jahat. Namun, ketika itu ditransmisikan ke daerah lain, " -sama " berubah menjadi " -san " dan tampaknya itu disalahartikan sebagai nama roh jahat perempuan atau tentara yang terluka yang menyembah Kuil Kashima .

Urban Lagend Jepang - Hanako

Hanako-san

   Hanako-san (花子さん) atau Hanako-san di Toilet (トイレの花子さん Toire no Hanako-san) adalah Urban lagend Jepang tentang sesosok gadis yang menghantui kamar mandi sekolah. Dia akan muncul bila namanya dipanggil.

  Asal usulnya berbeda dari sumber yang berbeda; beberapa mengatakan bahwa dia adalah hantu seorang gadis yang terbunuh dalam serangan udara dalam Perang Dunia II , sementara yang lain menyatakan bahwa dia dibunuh oleh orang tua psikotik atau orang asing.
   Hanako-san adalah legenda urban yang terkenal dan tersebar secara luas sehingga memiliki beragam versi. Pemanggilan Hanako-san serngkali dilakukan oleh anak-anak di sekolah sebagai ritual pembuktian keberanian, atau sebagai metode perpeloncoan murid baru, seperti legenda Bloody Mary di sekolah-sekolah Barat.
   Hanako-san dipanggil dengan mengetuk pintu bilik ketiga kamar mandi perempuan di lantai tiga sebanyak tiga kali sambil bertanya 'Apakah kamu di sini, Hanako-san", dan suara misterius akan menjawab "Aku di sini". Di dalam bilik akan hadir sesosok gadis dengan rok merah. Kadangkala ia tampak dengan pakaian putih.
 Namun Hanako-san dikatakan memiliki berbagai asal dan perilaku, tergantung pada sekolah atau wilayah. Penampilan fisiknya juga bisa bervariasi, tetapi biasanya seorang gadis muda dengan rambut bob dan rok merah. Di prefektur Yamagata , konon, setelah Hanako-san telah menjawab dan seseorang memasuki kios, dia akan menemukan dan dimakan oleh kadal berkepala tiga yang meniru suara seorang gadis. Di prefektur Iwate , legenda menyatakan bahwa setelah seseorang memanggil Hanako-san, tangan putih muncul dari pintu. Di prefektur Kanagawa , tangan yang ternoda darah akan muncul setelah Hanako-san dipanggil.
  'Hanako' merupakan nama perempuan yang umum di Jepang pada tahun 1950-an, ketika legenda tersebut [diyakini] dimulai pada saat itu.

Urban Lagend Jepang - Kuchisake-Onna

Kuchisake-onna


Kuchisake-onna (口裂け女wanita bermulut robek) adalah sejenis siluman dalam mitologi  dan lagenda urban Jepang. Ia berwujud seorang wanita yang bermulut robek. Dalam legenda urban Jepang, ia menutupi mulutnya dengan masker operasi dan sering muncul di jalan-jalan yang sepi. Ia bertanya pada orang yang ditemui apakah dirinya cantik. Bila orang itu menjawab tidak atau ketakutan melihat wujud seramnya maka ia akan membunuh orang itu. Bahkan pada akhir 1970-an, beberapa sekolah menyarankan agar murid-muridnya pulang secara berkelompok atau ditemani guru agar selamat.

  Dalam versi legenda, Kuchisake-onna tadinya adalah seorang wanita muda yang hidup pada zaman Heian. Kemungkinan ia adalah seorang istri atau selir samurai. Ia dikaruniai wajah yang sangat cantik namun sombong, ia juga sering berselingkuh di belakang suaminya. Suaminya merasa sangat cemburu dan dikhianati menyerangnya dan membelah mulutnya dari kuping ke kuping. “Sekarang siapa yang akan berkata kau cantik?” ejek suaminya.

  Dalam versi legenda urban, Kuchisake-onna adalah seorang wanita korban operasi wajah yang gagal. Konon dokter yang mengoperasi wajahnya memakai pomade (jenis minyak rambut) dengan bau yang menusuk. Ketika sedang dioperasi ia tidak bisa tenang karena bau itu sehingga si dokter secara tidak sengaja memotong mulutnya hingga robek. Wanita itu menjadi histeris dan marah lalu membunuh dokter itu. Belakangan ia dibunuh oleh para penduduk kota dan menjadi hantu penasaran.

Ada beberapa versi lain mengenai asal-usulnya namun kurang populer, misalnya:
  • Korban kecelakaan lalu-lintas yang wajahnya rusak.
  • Seorang wanita yang mengalami gangguan kejiwaan sehingga merobek mulutnya dengan benda tajam.
  • Seorang wanita korban pemerkosaan yang mulutnya dirobek oleh si pemerkosanya atau ia sendiri yang melakukannya setelah menjadi gila karena perkosaan itu.
  • Seorang wanita yang leluhurnya memperoleh uang haram dengan menyembah siluman anjing sehingga anak cucunya dikutuk bermulut robek dan bila mati akan menjadi siluman.
  Kuchisake-onna menutupi mulutnya yang robek dengan penutup mulut operasi dan sering bergentayangan di kota pada waktu malam, terutama ketika sedang berkabut. Bila bertemu seseorang (terutama anak-anak atau mahasiswa) di jalan yang sepi, ia akan bertanya, "Apakah saya cantik?" (Wata shi ki rei?). Bila menjawab "ya", ia akan membuka maskernya dan bertanya lagi, "Bahkan bila seperti ini?" Pada saat itu, bila si korban menjawab tidak, maka ia akan dibunuh dengan gunting, golok, sabit, atau senjata tajam lainnya. Bila si korban tetap menjawab ya, Kuchisake-onna akan gembira dan membebaskannya, namun ada juga yang mengatakan bahwa walaupun korban melakukan itu, Kuchisake-onna akan mengikuti korbannya sampai ke rumah dan membunuh korbannya di depan pintu rumah si korban. Bila korbannya wanita, Kuchisake-onna akan merobek mulut korbannya hingga serupa dengannya. Bila korbannya anak-anak, ia akan memakannya.
  Legenda urban yang populer pada tahun 1970-an mengatakan bahwa korban akan selamat bila ia menjawab "biasa saja". Sementara versi tahun 2000-an mengatakan bahwa korban akan selamat bila menjawab, "lumayan" sehingga Kuchisake-onna bingung dan berpikir dulu apa yang akan ia lakukan, saat sedang bingung itulah korban mempunyai kesempatan untuk kabur. Versi lain manyatakan bahwa korban dapat balik bertanya kepada Kuchisake-onna 'apakah saya juga cantik' sehingga Kuchisake-onna akan bingung lalu pergi.
  Cara lain untuk lolos dari Kuchisake-onna adalah dengan menawarkannya permen keras berwarna kuning tua karena ia menyukainya. namun tidak bisa menikmatinya sehingga mengingatkannya lagi pada penderitaannya. Selain itu bisa juga dengan mengucapkan "pomade" sebanyak tiga kali, ada yang menyebutkan enam kali. Ucapan itu akan membuatnya takut dan kabur karena mengingatkannya kembali pada ahli bedah yang merusak wajahnya. Korban juga bisa memakai pomade untuk mencegahnya mengikutinya.
  Kononnya juga ketika di asrama perempuan dan laki-laki, mereka tidak dibenarkan pergi ke toilet pada lewat malam. Kuchisake Onna kabarnya sering menjebak pelajar di toilet untuk membalas dendam masa lalunya. Serupa dengan legenda Hanako-san, Kuchisake Onna juga keluar dengan seruan 10 kali di hadapan pintu toilet yang tertutup. Kejadian-kejadian aneh yang terjadi di toilet asrama pada waktu malam menyebabkan pelajar disarankan untuk pergi ke toilet secara beriringan.
  Kuchisake-onna dikatakan akan membunuh pembuli. Penyebabnya dia pernah dibuli ketika masih muda sebelum meninggal dunia. Dia akan mengiris leher si pembuli tanpa belas kasihan.

Urban Lagend Jepang - Yūrei


Yūrei

  Yūrei (幽霊) adalah figur dalam cerita rakyat Jepang, yang sepadan dengan hantu. Istilah tersebut terdiri dari dua huruf kanji (), berarti "redup" atau "samar", dan  (rei), berarti "jiwa" atau "spirit." Nama alternatifnya antara lain Bōrei (亡霊) yang berarti arwah orang meninggal, Shiryō (死霊) berarti jiwa orang mati, atau dalam pengertian yang lebih luas meliputi Yōkai (妖怪) atau Obake (お化け). Seperti padanan mereka dalam mitologi Tionghoa dan Barat, mereka diyakini sebagai jiwa setelah mati.

  Menurut kepercayaan masyarakat Jepang, manusia memiliki spirit atau jiwa yang disebut reikon (霊魂). Saat seseorang meninggal, reikon meninggalkan jasad dan memasuki tempat penyucian, tempat mereka menunggu selama upacara pemakaman dan pasacapemakaman dilaksanakan dengan layak, agar mereka dapat berkumpul dengan para leluhur. Jika ritual dilaksanakan dengan benar, maka reikon dipercaya sebagai pelindung keluarganya yang masih hidup dan akan kembali tiap tahun di bulan Agustus saat hari raya Obon untuk menerima ungkapan terima kasih.

  Bagi seseorang yang tewas dalam cara yang tak lazim atau secara sadis, misalnya dibunuh atau bunuh diri, dan bila ritual yang benar tidak dilaksanakan, atau bila almarhum masih dipengaruhi emosi yang kuat seperti balas dendam, asmara, kecemburuan, kebencian, atau kesedihan, maka reikon dipercaya akan berubah menjadi yūrei, yang dapat menyebrangi batas antara alam baka dengan alam fana (dunia manusia).
 Yūrei berada di dunia manusia sampai ia menjadi tenang, baik dengan cara mendoakannya melalui upacara pemakaman yang layak dan benar, atau dengan memenuhi keinginan yang belum tercapai yang masih membelenggunya di dunia fana. Jika upacara tidak berlangsung dengan semestinya, atau bila keinginannya belum terpenuhi, maka yūrei akan tetap bergentayangan.
 Pada akhir abad ke-17, permainan yang disebut Hyakumonogatari Kaidankai menjadi populer, dan kaidan (cerita hantu) semakin sering menjadi subjek pementasan teater, literatur, dan cabang seni lainnya. Pada masa tersebut, atribut-atribut tertentu disematkan untuk membedakan yūrei dengan manusia biasa, sehingga karakter yūrei lebih mudah dikenali.
  Seniman ukiyo-e, Maruyama Ōkyo membuat contoh terkenal pertama yang kini dikenali sebagai sosok yūrei secara tradisional, dalam lukisan Hantu Oyuki.
 Pada masa kini, penampakan yūrei agaknya seragam, yang secara sederhana mengindikasikan sifatnya yang gaib, dan keaslian ciri kultural sosok tersebut sangat terasa.
  • Pakaian putih: biasanya Yūrei berpakaian serba putih, mencirikan tradisi kimono putih saat upacara pemakaman yang digunakan sejak upacara pemakaman zaman Edo. Dalam agama Shinto, pakaian putih dipakai karena putih adalah warna yang melambangkan kemurnian upacara, yang secara tradisional dipakai oleh para pendeta dan jasad yang dimakamkan. Kimono tersebut dapat berupa katabira (kimono polos, putih, tak bergaris) atau kyokatabira (katabira putih yang ditulis sutra Buddha). Kadangkala yūrei memakai hitaikakushi ("ikat kepala"), berupa potongan kain berbentuk segitiga yang diikat di dahi.
  • Rambut hitam: Biasanya rambut yūrei panjang, hitam, dan acak-acakan.
  • Tangan dan kaki: Tangan yūrei menjuntai lemas. Ciri khasnya tidak memiliki kaki, sehingga melayang di udara. Ciri ini berasal dari cetakan ukiyo-e zaman Edo, dan disebarluaskan dalam pementasan kabuki.
  • Hitodama: Seringkali yūrei ditemani oleh bola api atau hitodama, dengan warna biru, hijau, atau ungu. Bola api tersebut merupakan bagian terpisah dari yūrei dan bukan merupakan hantu tersendiri.

Permainan Bola Kecil - Softball

SOFTBALL   Permainan softball berasal dari Amerika Serikat, yang diciptakan oleh bangsa Amerika yang bernama George Hancock pada t...